06. Ten Stories



—Ten Stories 



Namanya Ryomen Sukuna, dengan tinggi 179 cm walaupun masih di sekolah menengah membuatnya mencolok di kalangan siswa di sekolahnya. Namun bukan cuman karena tingginya tapi parasnya pun menarik perhatian, parasnya sungguh unik, dia berwajah sangar namun aslinya dia lembut dan perhatian, tak sedikit orang-orang yang memujanya.


Ryomen Sukuna, merupakan salah satu siswa yang berprestasi di sekolah, dia banyak menyumbangkan medali ataupun penghargaan di sekolahnya, spesialisnya berada di cabang olahraga, dia merupakan ketua klub renang di sekolahnya. Apalagi yang lebih menguntungkan bagi seorang perenang selain memiliki tinggi dan lengan yang kuat, yah Sukuna mempunyai dua hal itu.


Ryomen Sukuna, selalu disanjung-sanjung oleh orang-orang, disebut jenius renang oleh orang-orang. Di tahun akhirnya dia berlomba mewakili sekolahnya, seorang yang mengaku coach dari tim nasional menginginkannya untuk berlatih dibawah asuhannya, memberi tahu dia bahwa dia bisa mendapat beasiswa atletik dikarenakan karunia bakatnya tersebut, tentu saja Sukuna menerimanya dengan senang hati. Tidak ada hal yang lebih membahagiakan selain daripada mimpimu mendapat validasi konkrit dari seseorang yang berpengaruh di bidangnya pikir Sukuna.


Ryomen Sukuna, akhirnya hari yang dia tunggu-tunggu, hari dimana akhirnya dia tamat dari sekolah yang memberikannya banyak kenangan, sekolah yang telah mengasah bakatnya. Hari wisuda ini hari penting bagi dirinya, akhirnya dia sudah mengumpulkan keberanian untuk menyatakan perasaan yang telah terpendam lama di relung hatinya, perasaanya terhadap adik kelas satu tahun dibawahnya, sang manager klub renangnya, Uraume.


Ryomen Sukuna, dirinya telah memendam perasaannya sejak dia pertama kali dinobatkan menjadi ketua klub renang di sekolahnya. Uraume merupakan manager pengganti dari manager sebelumnya yang telah tamat sekolah, bersamaan dia yang dilantik sebagai ketua, Uraume juga dilantik menjadi manager. Sukuna dari dulu memang sudah memperhatikan Uraume, awalnya dia mengira ketertarikannya cuman sebatas kagum dengan sifat tekun yang dimiliki Uraume tapi berjalannya waktu tepat saat haru dia dinobatkan dia menyadari bahwa perasaannya itu cinta.



"Aku menyukaimu, tolong jadi pacarku..."

Kalimat klise yang dikeluarkan dari mulut seorang Ryomen Sukuna, kalimat klise yang biasa ditemukan di cerita-cerita roman pasaran menjadi kalimat yang dia pilih untuk mengungkapkan perasaannya.


"Hmm, aku juga menyukaimu Sukuna.."  Dijawab oleh kalimat klise lainnya oleh Uraime.



Ryomen Sukuna akhirnya menerima pelatihannya di universitas tempat dia mengambil beasiswa atletiknya, kadang coach yang dulu mengajaknya bergabung datang melihat latihan Sukuna, walaupun belum menjadi coach resmi tapi dia melatih Sukuna sedikit demi sedikit, dia melatihnya untuk menjadi atlit nasional. Hubungan Sukuna dengan Uraume pun berjalan lancar walaupun mereka melakukan hubungan jarak jauh. Sampai kejadian itu datang.


Ryomen Sukuna, sungguh malang nasibnya di semester ke-5 dia menjadi mahasiswa, musibah itu terjadi musibah yang menghancurkan pencapaian yang telah susah payah dia bangun. Kejadiannya di musim penghujan saat Sukuna sedang menuju ke apartemennya dia terlihat begitu terburu-buru karena di apartemennya kini ada Uraume, terhitung sudah setahun mereka tinggal bersama sejak Uraume tamat sekolah dan memutuskan untuk kuliah di kota yang sama dengan Sukuna.

Sukuna mengadahkan pandangannya pada langit mendung yang kini menjatuhkan tetesan-tetesan air. Dia mengurungkan niatnya menaiki sepedanya karena pasti jalanan akan licin dan dia kehujanan, Sukuna ingin menjaga staminanya. Pada akhirnya dia memutuskan untuk menaiki bus umum saja, dia hanya meninggalkan sepedanya di parkiran toh siapa juga yang mau ambil, dia sudah mengunci sepedanya dengan gembok ban sepeda.

Hujan dengan deras turun setelah dia berada di dalam bus, di dalam tidak banyak orang hanya seorang wanita yang membawa belanjaan dan empat orang anak sekolah yang menuju pulang, serta dua orang pengamen yang mungkin menuju ke tempat mereka bisa mengaus nafkah dari suara mereka.

Hujan semakin deras, bus semakin laju dan kejadian tak terduga terjadi, jalanan yang basah dan licin menyebabkan bus itu terbalik seketika, ironis sang supir berusaha menginjak rem mati-matian namun itu tindakan tidak berguna.



Ryomen Sukuna, dia membuka matanya perlahan dia masih di dalam bus yang terbalik, sialnya lengannya dihimpit oleh kursi penumpang yang terbalik. Sukuna mengedarkan pandangannya melihat sekeliling, empat orang anak sekolah  kondisinya tidak jauh lebih buruk dari Sukuna, dua orang pengamen pun sama, lalu dia melihat lagi seorang wanita yang tadi dia lihat, berlutut di hadapannya.


"Nak.. kamu harus sadar, bantu saya bebasin lengan kamu dari ini..."


Wanita itu terlihat berusaha membebaskan lengan Sukuna dari kursi yang menghimpitnya.


Sukuna tidak bergeming wanita itu kembali berucap "Nak, kamu masih muda loh jangan patah semangat, kalah sama anak saya yang kalo luka gapernah ngeluh,..." wanita itu terdiam dan melanjutkan dengan tawa kecil "walaupun memang dia orangnya kurang bisa nunjukin emosinya sih..."

Dengan motivasi kecil itu Sukuna memaksakan dirinya dan akhirnya dengan bantuan yang tak pernah berhenti yang diberikan wanita itu, lengannya kini terbebas, dia kemudian dibantu untuk berdiri dan melangkah keluar bus, dia melangkah perlahan-lahan menjauh sambil memegangi lengannya yang nyeri luar biasa, dia berbalik melihat wanita yang membantunya tersenyum namun naas, seketika bus tersebut meledak, apinya besar menelan wanita penolong yang menyelamatkan nyawanya.



Sejak hari itu, Sukuna terdiam di rumah sakit, mentalnya masih belum stabil, dia mengalami shock ringan. Beasiswa atletik nya dicabut karena luka pada lengannya menyebabkan dia tidak bisa menjadi perenang profesional lagi. Karirnya runtuh seketika.

Uraume mendatanginya setelah sekian lama namun kedatangannya kali ini adalah dia meminta untuk memutuskan hubungannya dengan Sukuna, Sukuna yang masih di ranjang rumah sakit itu sangat terkejut.

"Aku udah pindah dari apartemen kamu, selanjutnya gak usah hubungin aku lagi..."


Beberapa lama kemudian Sukuna mengetahui bahwa Uraume telah menjalin kasih dengan juniornya di universitas bahkan saat mereka masih berpacaran mereka berdua telah berhubungan, dia mengetahui ini dari juniornya yang lain saat mereka menjenguknya di rumah sakit.


Masih di tahun yang sama, Sukuna kini menjadi lebih pendiam menyebabkan teman-temannya mengkhawatirkannya, Gojo dan Nanami sohibnya sedari SMA sangat mengkhawatirkannya.

"gini deh, lo harus cari kegiatan lain yang bisa mengdistract pikiran lo..." Nanami mencoba memberi saran.

"bener, coba lo ngerjain hobi lo atau apa gitu... lo punya hobi kan?" Tambah Gojo.

"hobi gue berenang"

Hening beberapa saat

"emang bener hobi lo renang Perasaan itu kegiatan yang lo jadwalin sendiri pas SMA..."

Jika dipikir pikir perkataan Nanami ada benarnya juga, Sukuna mulai berenang gara-gara aktivitas klub yang dia ikuti, dimana saat itu dia ditawari oleh kakak kelasnya untuk masuk di klub renang karena dia mempunyai tinggi yang mencolok.

Sukuna kembali memikirkan sebenarnya apa hobinya, apa yang dia suka lakukan sebelum menyibuki dirinya dengan aktivitas klub.



Menulis.




Menulis cerita, sajak atau puisi dahulu dia sering lakukan, dia juga pernah memenangi beberapa lomba menulis puisi ataupun cerpen waktu jaman SMP. Dia melupakan itu semenjak dia aktif di klub renang. Dia perlahan melupakannya sejalan dengan tergantinya penghargaan menulisnya dengan penghargaan renangnya. Akhirnya pertanyaan itu muncul,  apa dia benar-benar menyukai renang atau hanya menyukai euforia akibat pujian yang didapatkannya dari berenang.



Ryomen Sukuna kini mulai menulis suatu cerita yang dia post secara online di suatu website di internet, siapa sangka ceritanya tersebut banyak menarik pembaca dan akhirnya ditawari oleh penerbit untuk selanjutnya ceritanya diterbitkan. Tulisan Sukuna yang rapi serta ceritanya yang luas membuatnya terkenal seketika, penulis dengan gaya tulisan yang dark namun indah ini disukai oleh banyak pembaca apalagi pembaca yang memang suka memusingkan dirinya dengan tulisan yang berat, bahkan dia digadang-gadang seperti J.D. Salinger, dia seorang penulis pendatang baru telah memilki reputasinya sendiri. Sukuna kembali merasakan euforia itu, namun sekarang ia tidak terpaku pada euforia itu dia lebih puas dengan apa yang dilakukannya sekarang ini. Dia menikmati saat saat dia menulis ceritanya, saat saat dimana dia memikirkan plot serta karakter yang dia buat, dia tidak memperdulikan hasilnya karena dia mencintai prosesnya.


Ryomen Sukuna memilih nama Ryo Dent sebagai nama pena untuk karya-karyanya, dimana namanya tersebut terinspirasi dengan karakter yang selalu membawa koin yaitu Harvey Dent atau Two Face, seorang villain pada komik terbitan DC. Pernah sekali dia ditanya oleh Gojo kenapa dia menggunakan nama pena bukannya nama aslinya, Sukuna hanya menjawab bahwa dia ingin karyanya lebih dikenal sebagai karya dari Ryo Dent daripada Ryomen Sukuna membuat Gojo bingung memang apa bedanya.


Beda.

Ryo Dent merupakan seseorang yang selalu melangkah maju, Ryomen Sukuna merupakan seseorang yang berpaku pada masa lalu.







Comments

Popular posts from this blog