02. Pria Misterius pt2



Pria Misterius pt.2

Suguru berbalik dan benar saja di belakangnya sudah ada Sukuna yang menenteng kantung belanjaan. Sukuna dari supermarket dekat apartemen mendapat pesan dari Suguru yang kebetulan sudah berdiri di depannya.


“lo udah dari tadi berdiri disitu?” Suguru mengikuti Sukuna yang telah berjalan duluan melewatinya dengan tak acuh.


“gak, pas chat lo sampe gue liat lo” Sukuna menekan tombol lift menuju ke lantai apartemennya.



Suguru melihat mood Sukuna yang biasa-biasa saja tersenyum lega, berarti Sukuna belum melihat tweet dia barusan yang menyinggung tentang Sukuna, karena jikalau Sukuna sudah melihatnya tamatlah riwayat Suguru saat ini.


“kenapa?” Sukuna menatap Suguru dengan satu alis terangkat

“hahaha gak.. gak papa..”

“oh, btw tentang tweet lu yang barusan tau darimana gue belom move on?” Sukuna kemudian menyeringai melihat Suguru yang tiba-tiba keringat dingin.

“bercanda doang Na…” Sukuna menghela napas melangkah keluar dari lift.

“gausah bahas soal itu lagi, males gue..”

“oke oke maap” Suguru kembali mengikuti Sukuna “gimana udah dapet ide buat buku baru lo lagi? Ini udah enam bulan sejak lo umumin di twitter, deadlinenya satu tahun tinggal enam bulan lagi waktu lo buat nulis..”

Dengan identitas sebagai Ryo Dent, Sukuna enam bulan lalu mengumumkan jika dia akan merilis karya terbarunya di tahun baru tapi sampai sekarang dia belum menemukan ide buat bukunya tersebut. Sebenarnya sewaktu ia mengumumkan hal tersebut dia sudah membuat setengah naskah, namun tiba-tiba dia merombak semuanya dengan menghapus naskah yang hampir jadi tersebut dan ingin menggantinya dengan yang baru setidaknya itu yang dikatan Sukuna kepada Suguru enam bulan yang lalu dan sampai sekarang dia belum menulis satupun dari apapun itu yang ingin dia tulis.



Suguru selaku editor Sukuna awalnya hanya biasa-biasa saja karena Sukuna sudah berjanji akan membuat naskah baru yang lebih bagus tapi sekarang dia mulai khawatir sudah enam bulan lamanya Sukuna tidak mengirim satupun naskahnya ke Suguru, padahal setiap Sukuna selesai menulis satu bab pasti ia mengirimnya ke Suguru tapi sekarang satu huruf pun tidak pernah. Walaupun Suguru percaya pada Sukuna tapi tetap saja ini sangat mengkhawatirkan bagaimana dengan penerbit serta sponsor sponsor nya.



“iya iya gue paham, tapi ngomonginnya bisa di dalem gausah disini juga kali” Sukuna membuka pintu apartemennya melangkah masuk dengan tergesa meletakkan belanjaannya ke meja dapur, lalu pergi menuju Suguru yang kini duduk di sofa.



Suguru menatap Sukuna yang duduk didepannya “jadi udah sampe mana?”


Sukuna menelan ludah gugub “belom ada”


“Sukuna lo mengertikan konsekuensinya kalau buku lo gak rilis?”


“iya, gue tau tapi selama enam bulan ini gue struggle gak tau kenapa..” Sukuna meremas rambutnya sambil menghela napas berat.

“kayaknya lo harus cari suasana baru deh, pindah apartemen sabi kali”



“Gak”


“lo gak tau mungkin gara-gara lo stuck disini yang bikin lo struggle kayak gitu..”


“Gak, gue yakin bukan itu masalahnya..” Sukuna menatap Suguru yakin.


“Kalau gitu lo coba lakuin perjalanan seperti dulu,..”


Sukuna memang kadang melakukan perjalanan sewaktu-waktu saat dia menulis karyanya seperti dulu saat dia menulis ‘Malevolent Shrine’ dia pergi ke kuil Zenkoji di prefektur Gifu Jepang, bahkan judul bukunya adalah lawan dari nama kuil tersebut yaitu ‘Benevolent Light’.

“atau cari orang atau apa kek yang bisa jadi muse lo..”

Salah satu cara yang dilakukan untuk menghindari ‘writer block’ ialah mencari muse, Sukuna sendiri lebih sering mengambil inspirasi dari Buddha, Shaman, ataupun Yokai dalam tulisannya tapi menurutnya itu masih belum bisa menjadi musenya karena naskah yang dulu dia hapus mengambil inspirasi dari itu mungkin sekarang dia perlu muse baru, hal yang dapat memicu sumber inspirasinya lagi. Tapi apa itu?





Note : Muse : semacam sumber inspirasi atau patokan bagi seorang pekerja kreatif seperti pelukis, penulis buku/lagu, desainer, etc

Writer Block : adalah istilah yang menggambarkan suatu keadaan dimana penulis tidak dapat menuliskan apapun/kebuntutan dalam menulis, sehingga sangat sulit untuk membuat tulisan baru.


Comments

Popular posts from this blog

06. Ten Stories