04. Confess
Warning|1k+ words|
Entah apa yang dipikirkan Sukuna siang tadi tiba-tiba mengajak Megumi untuk keluar makan malam, yah walaupun menurutnya ini sebagai tanda balas budi karena Megumi telah berbaik hati memasakkannya sesuatu disaat dia sedang lapar-laparnya tetapi sekarang entah mengapa ada perasaan ganjal di hati Sukuna.
"aneh.."
Pintu akhirnya terbuka terlihat Megumi dengan pakaian yang santai namun masih terlihat sangat bagus untuk dipakainya.
Sukuna tersenyum kecil melihatnya.
...
"Kita naik apa kak?", Tanya Megumi setelah mereka tiba dilantai satu. Sebenarnya dari tadi ia ingin menanyakan hal ini. Megumi sendiri jika ingin bepergian yang jauh-jauh hanya mengandalkan ojek online, sedangkan untuk pergi ke kampus dia menaiki sepeda alasannya supaya lebih sehat katanya, walaupun alasan sebenarnya ialah dia masih belum bisa mengendarai motor.
"mobil..."
...
Mereka telah sampai di restoran tempat dimana Sukuna telah memesan satu meja. Megumi terdiam setelah turun dari mobil.
"Kak Sukuna kenapa gak bilang kita bakal makan di tempat kayak gini?" Restoran di depannya ini salah satu restoran yang terkenal di daerah ini. Megumi tahu itu soalnya dia, Nobara, dan Yuuji pernah berjanji ke sana saat akhir pekan, dan sekarang Sukuna mengajaknya ke restoran itu tapi pakaiannya sama sekali tidak cocok dengan vibes restoran di depannya ini.
"apa mungkin karena ini Kak Sukuna tadi senyum liatin pakaian gue.... mungkin dia ngerasa gue terlalu santai... Kak Sukuna juga kenapa gak negur gue sih..."
"Megumi kenapa?" Sukuna dari tadi khawatir melihat Megumi hanya diam, dia meletakkan tangannya di dahi Megumi siapa tahu Megumi sedang sakit atau apa karena dari tadi dia diam sembari berkeringat dingin.
"eh?" Megumi tiba-tiba memandang wajah Sukuna yang berada persis di depan wajahnya.
"sialan ganteng banget anjir"
"Megumi sakit?, kalau sakit kita pulang aja nanti kakak suruh anter makanannya ke apartemen.."
"Gapapa Kak, tapi pakaian aku kurang rapi nih kak gimana nih.."
Megumi melihat pakaiannya yang sangat simple karena dia kira bakal diajak makan di warung, lalu melihat pakaian yang Sukuna kenakan yaitu kemeja hitam dengan celana dengan warna senada. Rapi pikirnya.
Sukuna tertawa kecil jadi itu yang daritadi Megumi khawatirkan. Sungguh kekhawatiran yang sia-sia, pakaian Megumi sekarang ini sudah sangat bagus seperti yang dia pikir tadi walaupun Megumi memakai pakaian santai pun pasti akan terlihat bagus jika itu Megumi yang memakainya.
"manis"
"Gak usah mikir macem-macem, pakaian kamu udah bagus kok, cocok sama kamu..."
"Tapi Kak, mungkin gak sopan gitu..."
"Udah aku bilang gak papa Megumi... kamu tetep manis kok pake pakaian kek gini..."
"Bukan masalah manisnya Kak..." Megumi mendengus pelan antara dia ingin teriak disebut manis atau menangis karena Kak Sukuna terlalu bodo amat.
"kapan lagi coba kak Sukuna ngajakin gue ke tempat makan fancy kek gini... gue kan pengen jadiin ini kenangan.."
"Gausah khawatir, restoran ini punya kenalan Kakak kok, sekarang ayo masuk Kakak juga udah pesen meja di dalem.."
Sukuna menarik tangan Megumi kemudian menggenggamnya. Megumi nunduk.
"Kalo gue teriak sekarang pasti bakal dikatain gila beneran"
Sukuna hanya memperhatian Megumi dengan senyum di wajahnya.
...
Mereka sudah selesai menyantap main course nya sekarang mereka menunggu dessert sebagai makanan penutup.
"Kak.. aku mau ke wc dulu yah.."
"Tau tempatnya?"
"Iya, tadi sempat liat"
"oke"
Megumi berdiri beranjak menuju WC, meninggalkan Sukuna yang mengecek ponsel nya. Malam ini mungkin salah satu malam yang menyenangkan buat Sukuna, Megumi memang sangat pandai untuk diajak ngobrol apalagi jika menyangkut soal buku, dia juga banyak bertanya tentang apa saja yang menarik perhatian Megumi tentang buku. Kalau diingat-ingat malam itu ketika Sukuna menginap di apartemen Megumi juga karena dia ketiduran setelah mengobrol dengan Megumi setidaknya itu yang dia ingat tapi dari tadi masih ada perasaan ganjal di hatinya.
"Heh, Sukuna?"
Sukuna memalingkan pandangannya dari ponsel lalu menatap seseorang yang tiba-tiba memanggilnya. Dia kaget.
"Eh ternyata beneran Sukuna, udah lama yah kita gak ketemu.."
Itu dia, pemuda manis yang dia lihat kemarin.
"Kak Sukuna, maaf lama kak..." Megumi kembali ke meja mereka dan duduk dia belum sempat melihat keadaan disekitarnya soalnya dia khawatir Sukuna menunggunya lama.
"apa nih... jadi lo udah punya pacar baru..?"
"hah?" Megumi akhirnya sadar sedari tadi ada seorang pemuda yang berdiri di dekat meja yang mereka tempati. Megumi mengalihkan pandangannya ke Sukuna. Sukuna terdiam seakan waktu di sekitarnya berhenti, Sukuna menatap pemuda itu sorot matanya terukir perasaan benci dan sedih secara bergantian.
Sepertinya Megumi tahu situasi macam apa ini.
"Ngomong-ngomong anda siapa?" Megumi tersenyum menatap pemuda itu.
Sukuna akhirnya mengalihkan pandangannya ke Megumi.
"Megumi..."
"Oh.. kenalin gue Uraume yang kebetulan mantannya Sukuna.." Pemuda itu menjulurkan tangannya ke Megumi.
"Oh.." Megumi menghiraukan tangan terjulur Uraume dia berpura-pura merapikan rambutnya.
Uraume menatap Megumi terganggu, dia menarik tangannya kembali dan mengepalkannya.
"Uraume lo ngapain sih, sebaiknya lo pergi sekarang." Sukuna berdiri menatap Uraume.
"ahh gue nunggu cowo gue, bisa gak gue gabung sebentar.."
"Uraume!" Sukuna menekan suaranya "pergi gak lo"
"Sukuna lo kasar banget sih sekarang, perasaan dulu lo gak kayak gini ke gue.." Uraume tersenyum ah lebih tepatnya menyeringai.
"pfft.."
Uraume dan Sukuna secara bersamaan mengalihkan pandangan mereka ke Megumi yang tiba-tiba tertawa kecil.
"Aduh maaf Kak soalnya lucu banget," Megumi berdiri. "Kalo aku gak salah denger tadi nama kakak itu Kak Uraume yah?" Megumi menatap Uraume dengan tatapan bosan.
"Apa-apaan lo!"
"Hnm kenapa nanya saya, tanyain coba ke diri Kak Uraume ngapain ganggu orang yang jelas-jelas lagi dinner, terlebih lagi yang kakak ganggu mantan kakak sendiri, kayak orang gak punya malu aja.."
Puncak emosi Uraume sudah melampaui batasnya berani-beraninya bocah ini mempermalukannya, pikirnya.
"Denger yah... lo gak usah sombong, asal lo tau aja gimana Sukuna pas gue putusin dulu—"
"Yah terus?" Megumi memotong kalimat Uraume.
"apa?"
"Maksud aku terus gimana? kan itu dulu, sekarang yah sekarang. Ngapain juga bangga-banggain kejadian yang udah jadi masa lalu gapenting dan juga bukan peristiwa yang harus banget diinget. Asal Kak Uraume juga tau SEKARANG Kak Sukuna juga udah punya aku, aku udah jadi bukti kalo Kak Sukuna dah lupa sama kakak jadi gausah ganggu lagi. Kakak tuh udah jadi buku yang ditamatin Kak Sukuna, eh bukan deh, maksudnya buku yang udah dibuang sama Kak Sukuna..."
Megumi senyum lalu seketika menatap datar Uraume memajukan wajahnya ke telinga Uraume.
"Yakali sampah bakal dipungut lagi..."
Megumi kembali tersenyum, Uraume menatap Megumi benci dia mengarahkan tangannya ke Megumi.
"Dasar—"
Plakk...
Sukuna menampar Uraume "Udah cukup.."
Megumi kaget melihat Sukuna yang menampar Uraume ini pertama kalinya dia lihat Sukuna marah. Dan tatapannya sekarang sudah tidak memiliki sorot sedih lagi. Hanya benci.
"wow"
"Sukuna, apa-apaan lo!!"
Uraume berteriak ke Sukuna orang-orang mulai memperhatikan mereka berdua tapi tidak ada yang berniat melerai begitu pula dengan para pelayan. Megumi menghela nafas berat "orang-orang emang pada suka drama yah..."
"Uraume...Kak Sukuna?" Satu lagi Pemuda tiba-tiba menghampiri mereka itu adalah Hide.
"Eh, Ada apa ini?" Tanyanya penuh kebingungan dia melihat Uraume yang memegang pipinya yang merah dan Sukuna bergantian.
"Kak Sukuna, lo berani-beraninya nyentuh Uraume, belum puas lo deketin pacar gue!"
Hide menarik kerah baju Sukuna, Sukuna hanya menatap Hide bosan.
BUAGHH
Hide jatuh tersungkur memegangi rahangnya. Dia lalu menatap orang yang berani-berani memukulnya.
"MEGUMI!?" Sukuna kaget melihat Megumi yang tiba-tiba saja memukul Hide, sedangkan Megumi hanya menatap tangannya yang habis memukul Hide.
"ternyata skin preman gue masih ada," Bangga Megumi dalam hatinya. Dia kemudian menatap Hide, "berani-beraninya lo ngelakuin hal kayak gitu ke Kak Sukuna.."
"Jagain tuh pacar lo, dari tadi genit sama pacar orang" Ucap Megumi ke Hide.
"Kak Sukuna ayo kita pergi aja, jadi gak mood disini.." Megumi memegang lengan Sukuna.
"Ekkhem" Sukuna berdehem sedikit kemudian memanggil pelayan, yang dengan cepat menghampiri mereka.
"Saya gak tau kalau pelayanan disini ternyata gak bagus, dari tadi ada orang yang mengganggu meja kami tapi tidak ada satupun pelayan yang melerai, manager kamu namanya Nanami Kento kan?, besok saya akan bicara sama dia kebetulan dia teman saya.."
Pelayan itu mulai berkeringat dingin tidak berani berucap apapun. Sukuna meletakkan beberapa lembar uang di meja.
"Ayo Megumi kita pulang..." Sukuna tersenyum.
....
Di Mobil, Sukuna dan Megumi masih sama-sama terdiam. Tapi pada akhirnya Sukuna memecah keheningan.
"aku gak tau kalo Megumi bisa nonjok orang..."
"Kak Sukuna jangan mentang-mentang badan aku keliatan kurus aku gak bisa nonjok orang, dulu aja aku pernah solo hajar sekumpulan geng gak jelas—"
"eh bangke kenapa gue ceritain yaelah, Kak Sukuna bakal ilfil gak sih"
"Megumi kamu benar benar lucu yah...,"
"lucu? siapa? gue?"
"Tapi kenapa kamu keliatan masih kesel gini?" Sukuna memperhatikan Megumi memang semenjak mereka memasuki mobil, Megumi seperti terlihat kesal akan sesuatu. Jangan bilang kalau dia kesal gara‐gara makan malam mereka terganggu. Sukuna mulai panik memikirkan itu.
"Harusnya aku tadi gak samain si Uraume itu sama buku sayang banget gak sih Kak,... orang kayak gitu disamain sama buku yang penuh manfaat harusnya sama kresek aja..." Ujar Megumi kesal tadi dipikirannya tidak terbesit apapun selain buku jadi dia malah gunain buku sebagai analogi untuk Uraume.
"...."
"Kak Sukuna??"
"HAHAHAHAHAHHA Megumi bisa-bisanya masih kepikiran itu hahahahah"
Sukuna tertawa mendengar perkataan Megumi yang polos padahal tadi waktu berhadapan dengan Uraume dia seperti orang lain saja, tapi ternyata Megumi masih Megumi si pecinta buku sejati.
Megumi sudah kesekian kalinya terpesona dengan Sukuna. Memang Sukuna sangat tampan saat tersenyum tapi lain lagi saat tertawa dia sungguh mempesona.
"Kak,... kayaknya sekarang aku makin cinta deh sama kakak.."
"hah.."
"ehh....."
Comments
Post a Comment