05. Dé Jàvu
—"Do you get dé jàvu?"
"pergi gak yah..., Kak Sukuna pasti mau bahas yang tadi.... gue penasaran tapi takut juga anjir.." monolog nya dengan dirinya sendiri.
"pergi aja dah, gue laki gue berani..." Megumi mengulang-ulang kalimat tersebut dalam hatinya sebagai penenang walaupun tidak terlalu ampuh karena dirinya masih berkeringat dingin dan juga masih merasakan perasaan berdebar-debar itu sejak dia keluar dari mobil Sukuna tadi.
Megumi perlahan membuka pintu balkonnya, wajahnya langsung diserbu angin malam yang dingin namun sejuk. Sesaat dia merasa tenang tapi tidak lagi ketika suara Sukuna mengintrupsinya.
"Megumi..."
Sukuna berdiri di balkon sebelah, balkon kamarnya sendiri. Sukuna sudah selesai berganti baju namun dengan celana yang masih sama, dia sekarang hanya mengenakan kaus oblong warna putih yang kelihatan nyaman.
Megumi sendiri belum sempat berganti pakaian dia tidak memikirkan apa apa lagi selain tentang dia yang confess tiba-tiba ke Sukuna.
"Iya kak..."
"Yang tadi... kamu serius?"
Terjadi keheningan, sesuai dengan firasat Megumi, Sukuna memang berencana membahas masalah tersebut saat ini.
"gue laki... gue berani..." — "iya kak.... aku serius, serius banget malah, aku cuman mau utarain perasaan aku... aku gak nuntut jawaban dari kakak"
Bohong. Bohong kalau Megumi bilang tidak menuntut jawaban dari Sukuna, dia penasaran namun takut disaat yang bersamaan, dia takut jika Sukuna menolaknya mentah-mentah dan menyebabkan 'hubungan baik antar tetangga' mereka menghilang. Megumi takut.
Sekali lagi terjadi keheningan diantara keduanya. Sukuna dari tadi hanya menatap ke langit memperhatikan bintang-bintang yang entah kenapa kelihatan jelas malam ini.
"Megumi... kamu ini orang yang sangat baik, manis, dan perhatian, kakak gak tau kenapa kamu bisa suka orang macam kakak ini, seperti yang kamu liat tadi di restoran, kakak masih sulit berdamai dengan masa lalu kakak... dari dulu kakak mau nutup buku yang kakak tulis sama Uraume... tapi entah kenapa selalu berakhir dengan kakak yang buka buku itu lagi—"
"Iya, aku tau kok kak...dari sorotan mata kakak tadi juga udah terlihat jelas..." Megumi menunduk guna mengatur ekspresi apa yang akan dia tunjukan sebentar.
"Tapi Megumi... tadi kakak rasa buku itu udah mau tertutup... semua itu gara-gara kamu, tapi sekali lagi.. kakak gak mau tergesa-gesa dengan perasaan yang tiba‐tiba ini... Kakak takut nyakitin kamu—"
"Yaudah kak biarin aja... gunain aku buat jadi penutup buku itu... gak papa kok" Megumi mendongak menghadap Sukuna, mendengar kalimat tadi dia merasa mempunyai kesempatan.
"Megumi..."
"Gak papa kak... kalo kakak nyakitin aku, aku tinggal nonjok kakak.. itu sih yang selalu aku lakuin kalo lagi disakitin sama seseorang"
Sukuna terdiam sejenak lalu tertawa kecil, pribadi Megumi memang luar biasa.
"Iya... kakak bakal usahain kamu gak nonjok kakak.."
"jadi... emm kita pacaran gitu kak..."
"iya... emangnya kamu maunya apa?, Ryomen Sukuna sekarang udah jadi pacarnya Fushiguro Megumi dan mudah-mudahan nanti gak bakalan kena tonjok"
Megumi tersenyum "hahaha... hmmm kalo gitu Fushiguro Megumi bakal jadi orang yang nutup buku masa lalu Ryomen Sukuna..."
Angin malam kembali berhembus mengenai wajah dua insan yang berdiri di balkon yang berbeda itu.
"Megumi... do you get dé jàvu..."
"hmm?"
"beberapa bulan lalu kita pertama kali ketemu di sini dan gak ada yang nyangka kalo kita bakal jadian juga disini..."
Comments
Post a Comment